Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Palestina dan Rencana Evakuasi Isu Penjajahan Dibungkus Kemanusiaan

506
×

Palestina dan Rencana Evakuasi Isu Penjajahan Dibungkus Kemanusiaan

Sebarkan artikel ini
Yayuk Kusuma (Pendidik)
Yayuk Kusuma (Pendidik)

OPINI—Presiden Prabowo Subianto dalam pernyataan resminya menyatakan kesiapannya untuk mengevakuasi warga sipil dari jalur Gaza yang menjadi korban konflik Panjang dengan Irael. Dalam pernyataannya menyatakan akan mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia.

Untuk merealisasikan hal tersebut, dia mencari dukungan ke lima negara di Kawasan Timur Tengah, yaitu Uni Emirat Arab (UEA) Qatar, Mesir, Turki, dan Yordania. Syaratnya adalah semua pihak harus setuju akan hal ini, kedua mereka (warga Gaza) di sini hanya sementara sampai pulih kembali dan pada saat kondisi sudah memungkinkan mereka harus kembali ke daerah mereka. (tempo.co)

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirimkan pesawat guna menjemput para korban dalam gelombang pertama evaluasi. Ia memperkirakan gelombang pertama evakuasi bisa mencakup sekitar 1.000 orang, saat dirinya memulai kunjungan ke Timur Tengah dan Turki.

Rencana ini masih dalam tahap konsultasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk otoritas Palestina dan negara-negra di Timur Tengah serta Uni Emirat arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania. Presiden Prabowo juga telah mengutus Menteri Luar Negeri Sugiono untuk berkoordinasi dengan Palestina mengenai mekanisme evakuasi. (detik.co)

Menurut pihak Palestina, sejak perang Gaza dimulai 07 Oktober 2023, serangan ,iliter zionis ke Gaza telah menewaskan lebih dari 50.0000 warga Palestina. (Kompas.com)

Rencana Indonesia untuk merelokasi sementara warga Gaza ke tanah air yang dikemas kemanusiaan menimbulkan kekhawatiran mendalam dan berbagai kalangan. Sebab Palestina bukan semata-mata persoalan kemanusiaan bukan sekedar soal korban luka, yatim piatu atau mereka yang mengalami trauma.

Masalah Palestina adalah masalah penjajahan dan pendudukan yang telah berlangsung selama puluhan tahunini adalah persoalan ideologis dan agama yang seharusnya dipahami secara utuh oleh umat islam dan para pemimpin negeri-negeri muslim dengan menjadikan solusi kemanusiaan sebagai pendekatan utama seperti evakuasi dan penampungan sementara.

Para penguasa negeri-negeri muslim justru terkesan menjauh dari solusi hakiki yang telah ditunjukan oleh syariat yakni jihad fi sabilillah untuk membebaskan tanah suci dan menolak penjajahan.

Solusi semacam ini tidak menyentuh akar persoalan, bahkan berpotensi memperlemah posisi umat islam dunia untuk mengirimkan tentaranya ke Gaza. Lebih dari itulangka-langkah seperti ini justru mengikuti narasi dan kepentingan Barat terutama Amerika Serikat yang sejak awal diketahui sebagai pendukung utama etnis Zionis.

Dengan mengalihkan perhatian umat islam dari perjuangan pembebasan ke isu kemanusiaan semata Amerika Serikat semakin leluasa menjalankna agenda geopolitiknya di Timur Tengah. Dukungan terbukanya terhadap genosidayang dilakukan Zionis akan menjadi lebih mudah diterima oleh masyarakat internasional.

Sebab umat islam sendiri telah digiring untuk melihat persoalan ini dari kacamata kemanusiaan yang sempit bukan sebagai bentuk penjajahan yang wajib dilawan dengan jihad. Solusi ini juga terkesan memberikan Zionis merebut tanah suci milik kaum muslimin.

Pada akhirnya solusi-solusi yang diambil oleh para penguasa negeri-negeri muslim saat ini lebih mencerminkan umatnya untuk menjaga hubungan baik dengan tuan mereka di Barat, ketimbang menunjukkan keperpihakan sejati terhadap penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina.

Sudah saatnya umat islam menyadari bahwa tidak aka nada keadilan sejati bagi palestina selama kita masih mengabaikan akar persoalan dan solusi ideologis yang telah ditetapkan oleh islam.

Persoalan Palestina sejatinya bukan hanya tentang kemanusian bukan pula sekedar konflik antara dua negara atau bangsa, ini adalah masalah penjajahan atas tanah kaum Muslim, penodaan terhadap kesucian tanah Nabi dan pendudukan atas wilayah islam yang semestinya dijaga dan dibela oleh seluruh umat.

Allah SWT. berfirman “Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitna dan (sehingga) agama hanya untuk Allah semata. Jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 39). Ayat ini menegaskan bahwa jihad disyariatkan untuk menghapuskan fitnah yaitu kekafiran dan penindasan terhadap islam dan umatnya, serta menegakkan negara islam sepenuhnya.

Tidak cukup dengan mengecam atau berdiplomasi apalagi hanya memberikan bantuan medis selama penjajahan masih berlangsung jihad tetap menjadi kewajiban. Nabi Muhammad SAW. juga bersabda “ barangsiapa di anatara kalian melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya…” (HR. Muslim).

Mengubah dengan tangan yang dimaksud dalam hadist ini adalah melalui penguasa dengan segala kewenangan yang dimilikinya yakni pemimpin islam . tanpa adanya negara islam, tidak ada institusi yang benar-benar bisa menggerakkan kekuatan militer umat islam secara menyeluruh untuk membebaskan Palestina.

Negara-negara muslim saat ini bercerai berai masih tunduk pada batas wilayah nasionalisme sempit dan kepentingan geopolitik asing. Inilah yang membuat seruan jihad tidak pernah terwujud secara nyata dan menyeluruh . Rasulullah SAW, bersabda “Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, di belakang orang-orang berperang dan dengannya mereka berlindung.” (HR. Muslim).

Hadist ini menunjukkan bahwa kekuatan jihad yang terorganisasi harus berada di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tanpa negara islam, jihad akan terfragmentasi tidak terkoordinasi, dan tidak memiliki dampak strategis global untuk membebaskan negeri-negeri muslim termasuk Palestina.

Apa yang terjadi hari ini adalah pengkhianatan terhadap isu Palestina oleh banyak penguasa negeri-negeri muslim. Mereka terus mendorong solusi perdamaian dua negara, relokasi pengungsi bahkan normalisasi hubungan dengan Zionis.

Padahal itu solusi buatan Barat terutama Amerika Serikat untuk menjaga eksistensi entitas Zionis dan memastikan hegemoni mereka tetap kuat di Timur Tengah. Sudah saatnya kita menyadari bahwa tidak ada solusi selain kembali kepada syariat islam secara kaffah di bawah naungan negara islam. Dan jhal ini hanya bisa terwujud melalui perjuangan dakwah bersama kelompok dakwah islam ideologis. (*)

Wallahu a’alam bisyawab

Penulis: Yayuk Kusuma (Pendidik)

***

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!