Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Pendidikan dalam Perspektif Kemerdekaan

3067
×

Pendidikan dalam Perspektif Kemerdekaan

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Refleksi 71 Tahun Indonesia Merdeka

OPINI–Kemerdekaan negara atau bangsa dapat diartikan bahwa Negara atau bangsa tersebut telah terbebas dari segala bentuk penjajahan bangsa asing. Bebas membangun Negara atau bangsanya tanpa adanya campur tangan dari bangsa lain. Kemerdekaan untuk diri kita sendiri adalah kebebasan dari hawa nafsu dalam diri kita.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Makna Kemerdekaan pada masa era Soekarno adalah “kebebasan dari penjajahan asing dan dengan segala macam cara menghilangkan pengaruh budaya asing dan mencoba untuk berdiri diatas kaki sendiri”.

Apakah kita mau Indonesia merdeka, yang kaum Kapitalnya merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan? “Ir. Soekarno Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945” Itu artinya, Bung Karno telah memproklamirkan bahwa Indonesia telah merdeka.

Gagasan-gagasan dan konsep-konsep beliau itulah yang menjadikan bangsa indonesia telah bebas dari segala bentuk penindasan terhadap rakyat dan bangsa Indonesia. Sama halnya dengan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara (Menteri Pendidikan dan kebudayaan pertama, sekaligus Pendiri Sekolah Kebangsaan Tamansiswa), dalam bukunya I Pendidikan “Pendidikan Nasional adalah hak kita, tapi juga kewajiban kita”. Hak dan kewajiban kita untuk menjunjung tinggi nilai-nilai atau azas-azas perjuangan.

Pejuangan membutuhkan pemimpin yang idealis sebagai mediator dalam mengkonsepsikan suatu gerakan untuk mengambil bagian dari kesempatan dalam masa transisi untuk menyelesaikan berbagai macan kesenjangan yang terjadi di masyarakat. Hal yang sangat menggugah jiwa para pemimpin-pemimpin besar jika berbagai macam tekanan muncul dan diterima dengan gagasan kritis dengan tujuan mulia.

Ki Hadjar dalam karyanya juga menegaskan “Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan dari tiap-tiap dari anggota rakyat itu sendiri”. Ki Hadjar, pendiri Sekolah kebangsaan Taman siswa yang dikenal dengan konsep-konsepnya yang sangat melampawi jamannya.

Kaitannya dengan kemerdekaan, dalam bukunya bahwa, “Agar mendapat Kemerdekaan yang luas kita tidak harus menerima subsidi dari Pemerintah asing, dari orang atau badan lain yang akan mengurangi keleluasan kemerdekaan itu” Artinya tidak boleh bergantung pada orang asing karena pada akhirnya akan memojokan kita sebagai orang pribumi.

Pengajaran nasional itulah pengajaran yang sesuai dengan penghidupan bangsa (maatschappelijk) dan kehidupan bangsa (cultureel). Ki Hadjar menitipkan kepada kita tentang azas kemerdekaan dalam ajaran taman siswa (asas tamaniswa) pada poin ke 5 bahwa “Untuk dapat berusaha menurut azas dengan bebas dan leluasa, maka kita harus bekerja menurut kekuatan sendiri.

Walapun kita tidak menolak bantuan dari orang lain, akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi kemerdekaan kita lahir atau batin haruslah ditolak. Itulah jalannya orang yang tak mau terikat atau terperintah pada kekuasaan, karena berkehendak mengusahakan kekuatan diri sendiri”.

Menurutnya, kaitannya dengan pendidikan bahwa dengan tidak terikat lahir maupun batin, serta kesucian hati, kita akan menjadikan itu contoh kita berdekatan pada sang Anak.

Kita tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi menyerahkan diri untuk mengabdikan pada sang anak (to serve our children), itulah tujuan memerdekakan generasi bangsa. Agar mereka bersandar pada diri sendiri dan pastinya akan ikut memajukan bangsanya sendiri untuk tujuan kemerdekaan.

Kemajuan gagasan Ki Hadjar melampaui jamannya. Beliau hidup di masa peralihan, tapi selau melihat dan menggagas perubahan-perubahan lebih cepat dari jamanya sendiri. Gagasan-gagasan itu telah ditulis dalam buku-bukunya yang saat ini dilupakan oleh generasinya sendiri.

Padahal buku-buku beliau telah banyak dijadikan acuan oleh negara-negara lain dalam sistem pendidikannya. Saat ini, mari kita kembalikan konsep Kemerdekaan yang sudah dikonsepsikan oleh 2 tokoh besar kita tersebut. Yaitu Bung Karno dengan Konsep Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Begipun, Ki Hadjar dengan Konsep Pendidikannya yang telah banyak memberikan kontribusi bagi bangsanya. Bung Karno mengingatkan hal yang harus dipegang teguh dalam mengisi kemerdekaan, yaitu: berdaulat penuh di bidang politik, berkepribadian di bidang kebudayaan, danberdiri di atas kaki sendiri (berdikari) di bidang ekonomi.

Ki hadjar menekankan dalam konsep pendidikannya, bahwa kemerdekaan yang sejati (tidak hanya arti kebebasan, namun pula dalam artian keharusan untuk memelihara tertib damainya diri dan masyarakatnya untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama, berdasarkan imbangan yang harmonis antara hidup pribadi dan masyarakat) adalah sila yang pokok pula dalam pengertian Perikemanusiaan.

Sering terlupakan dari peringatan proklamasi kemerdekaan yang diadakan setiap tahun, yakni melakukan reformasi mengenai relasi dan keterkaitan antara pendidikan dan kemerdekaan. Dalam perspektif sejarah, pendidikan telah memberikan kontribusi yang berarti bagi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme imperialisme Belanda dan Jepang pada awal abad ke-20.

Selain Soekarno dan Ki Hadjar Dewantara, tokoh-tokoh terkemuka dan para perintis pendidikan di antaranya R.A. Kartini, R. Dewi Sartika, K.H. Ahmad Dahlan, dan Teuku Moh. Syafei, memiliki visi dan misi pendidikan dalam bingkai kebangunan Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan kebebasan. Mereka mentransfer ilmu pengetahuan dan menginternalisasikan rasa percaya diri kepada para pelajar agar berdaya kemajuan dan berjiwa merdeka.

Melalui pendidikan, nasionalisme dan patriotisme menjadi semakin tumbuh dan berkembang dalam pikiran dan jiwa para pelajar, generasi muda. Di luar sekolah mereka berbagi nilai nasionalisme dan semangat patriotisme tersebut kepada anggota keluarga dan tetangga.

Pada masa perang kemerdekaan dan revolusi untuk mempertahankannya, generasi muda yang terpelajar itu bukan sekadar mampu untuk merancang organisasi atau menjadi aktivis, tetapi mereka juga memiliki keberanian dan strategi untuk membangun kekuatan bersenjata yang dikenal dengan sebutan Tentara Pelajar (TP). Bisa dikatakan ketika di sekolah mereka menggunakan pena dan kertas untuk belajar; dan ketika berada di luar sekolah mereka angkat senjata untuk bertempur.

error: Content is protected !!